Friday, August 27, 2004

Cerita Septa...

ada anak kecil di kantor, ibunya kebetulan sebagai kontributor, trus tadi dia, namanya septa, kelas enam esde, rambutnya panjang, cantik deh...matanya besar, alis tebal dan satu lagi kalo ketemu ma aku....wadooowww cerewetnya minta ampun, padahal kalo sama yang lain pemalunya minta ampun...

nah kebetulan tadi aku ma mbak santi ma septa itu pergi ke internews buat ambil kopi kaset yang akan dikirim ke 170-an radio partner kami di daerah, so dalam perjalanan naik taksi ke daerah menteng, aku ma septa ngobrol, mulai dari dompetnya yang disembunyiin temennya cowok sampe dia nangis, matanya sembab..sampe ke cerita temen cowoknya yang suka mukul, katanya se becanda tapi keterlaluan...trus sampe pada pertanyaanku, Septa suka nonton apa? sinetron, katanya...maka mengalirlah cerita bahwa setiap senin dia suka nonton Inikah rasanya (sinetron ini kan jahat banget), selasa nonton tangisan anak tiri, rabu si cecep, kamis nonton Dia, jumat nonton cinta terbagi lima, yang kesemuanya aku gak pernah nonton, cuma lihat dan terus muaaaakkk, karena isinya nangis dan kekerasan doang, i hate it...tapi septa bisa cerita dengan baik, bagaimana karakter jahat si tokoh, gimana si tokoh mukul dan lain sebagainya....

oooooooooooooooooooooooo, tolong donk para penguasa media terutama televisi, saya tahu anda punya modal dan kekuasaan, tapi tak bisakah anda sedikit bijak, anak adalah aset yang dalam proses tumbuh baik fisik maupun psikologis...sebuah ketakutan ketika anak seumur septa bisa menggambarkan dengan baik sebuah kekerasan, kepedihan dan kebohongan yang ditampilkan media